Minggu, 29 Agustus 2010


Kamus Oxford Tidak Dicetak Lagi
Senin, 30 Agustus 2010 | 07:17 WIB


LONDON, KOMPAS — Edisi berikut dari Kamus Inggris Oxford (Oxford English Dictionary/OED), karya paling definitif di dunia tentang bahasa, tidak akan dicetak lagi karena dampak internet pada penjualan buku. Penjualan edisi ketiga dari buku berat dan tebal itu telah anjlok karena meningkatnya popularitas alternatif online, demikian menurut penerbit kamus tersebut.

Sebuah tim yang terdiri dari 80 ahli kamus (lexicographers) telah mengerjakan edisi ketiga OED—dikenal sebagai OED3—selama 21 tahun terakhir. Pemilik kamus itu, Oxford University Press (OUP), mengatakan, dampak internet berarti OED3 mungkin akan tampil hanya dalam bentuk elektronik.

OED terbaru telah ada dalam bentuk online selama lebih dari satu dekade dan mendapat dua juta hits per bulan dari para pelanggan yang membayar iuran tahunan sebesar 240 poundsterling. "Pasar kamus cetak sebentar lagi menghilang, pasarnya turun puluhan persen per tahun," kata Nigel Portwood, Kepala Eksekutif OUP, kepada Sunday Times. Ketika ditanya, apakah ia berpikir edisi ketiga akan dicetak, ia berkata, "Saya berpikir tidak."

Hampir sepertiga dari satu juta entri terkandung dalam versi kedua OED, yang diterbitkan pada tahun 1989, seluruhnya 28 volume. Edisi lengkap berikutnya diperkirakan baru selesai lebih dari satu dekade lagi dan baru 28 persen selesai sampai saat ini.

OUP mengatakan, akan terus mencetak Kamus Inggris Oxford yang umum, versi single-volume yang dijual di toko-toko buku dan yang berisi entri yang lebih kontemporer seperti vuvuzela, terompet plastik yang dipakai pada sepak bola Piala Dunia 2010.

Portwood mengatakan, kamus cetak memiliki umur simpan sekitar 30 tahun lagi, dengan mempertimbangkan kecepatan perubahan yang terus meningkat dari e-books yang kian populer dan perangkat seperti Apple iPad dan Amazon's Kindle.

Simon Winchester, penulis The Meaning of Everything: The Story of the Oxford English Dictionary, mengatakan, peralihan ke format online sudah diketahui sebelumnya. Dia mengatakan, sebagaimana dikutip Telegraph, Minggu (29/8/2010), "Sampai enam bulan lalu saya masih berpegang pada gagasan bahwa buku cetak mungkin akan bertahan selama-lamanya. Namun sejak kemunculan iPad, saya sekarang sepenuhnya yakin sebaliknya. Buku cetak akan segera menghilang dengan kecepatan yang luar biasa. Saya punya dua OED lengkap, tetapi tidak pernah menggunakannya, saya menggunakan OED online lima atau enam kali sehari. Hal yang sama berlaku dengan banyak buku referensi saya. Buku akan menghilang, ini realitas yang tak terhindarkan."

Kamus pertama dalam format yang dikenali adalah milik Samuel Johnson, yang diterbitkan tahun 1755. Model kamus Johnson tetap menjadi teks standar selama 150 tahun sampai OUP memulai proyeknya tahun 1879. OED pertama keluar dalam bentuk bagian-bagian sejak tahun 1884 dan selesai tahun 1928.

Meskipun reputasinya hingga ke seluruh dunia, OED tidak pernah mencetak keuntungan. Biaya penelitian yang terus berlanjut menghabiskan beberapa juta pound setiap tahun. "Ini semacam proyek penelitian jangka panjang yang tidak akan pernah menutupi biayanya, tetapi sesuatu yang kami pilih untuk lakukan," kata Portwood.

Seorang juru bicara OUP mengatakan, sebuah versi cetak dari OED3 tidak dapat dikesampingkan "jika ada permintaan yang cukup pada waktunya" tapi penyelesaiannya "mungkin masih lebih dari satu dekade lagi".